Ketika seseorang memiliki kerendahan hati, maka kemuliaan akan terpancar dari dirinya dengan sendirinya. Sebaliknya, jika yang terpatri dalam dirinya adalah rendah diri, maka kehinaan yang akan muncul, menyelimuti hidupnya. Meskipun kedua kata tersebut menggunakan frasa yang sama, yakni "rendah", namun keduanya mengandung makna yang sangat berbeda, seolah dua kutub yang bertolak belakang.
Rendah hati bukan sekadar sikap merendahkan diri di hadapan orang lain, melainkan sebuah bentuk kebijaksanaan yang mendalam. Seseorang yang rendah hati akan memposisikan dirinya setara dengan orang lain tanpa merasa lebih unggul. Ia tidak terjebak pada rasa lebih pintar, lebih mahir, atau lebih mulia dibandingkan yang lain. Sebaliknya, ia dengan tulus mengakui bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan ia pun tidak merasa perlu untuk menunjukkan kekuatan atau kehebatannya secara berlebihan. Dalam setiap langkah dan tindakannya, ia selalu menunjukkan rasa hormat kepada siapapun, tanpa memandang usia, jabatan, ataupun status sosial.
Sementara itu, rendah diri adalah kebalikan dari sifat rendah hati. Orang yang rendah diri cenderung merasa inferior, selalu menganggap dirinya lebih rendah dari orang lain. Perasaan ini membawa dampak psikologis yang merugikan, seperti rasa malu yang berlarut-larut, rasa minder yang menghalangi interaksi sosial, hingga sikap pesimis yang menghambat perkembangan diri. Mereka yang terperangkap dalam rendah diri akan merasa terasing, bahkan dalam keramaian sekalipun.
Karena itu, sifat rendah diri haruslah dihindari dengan segenap kemampuan. Sebaliknya, menumbuhkan sikap rendah hati dalam diri kita adalah langkah yang bijak. Dengan merendahkan ego dan menjaga kerendahan hati, kita tidak hanya mempercantik diri secara lahiriah, tetapi juga meraih cinta dan penghargaan dari orang-orang di sekitar kita. Rendah hati adalah kunci untuk membuka pintu kebijaksanaan, hubungan yang harmonis, dan kehidupan yang lebih bermakna.
Training Motivasi, Rendah Hati Bukan Rendah Diri