PELATIHAN MOTIVASI

Mempercayai setelah melihat? Apa yang sebenarnya ingin kita percayai dari apa yang kita lihat?
Sering kali, kita terjebak dalam ilusi bahwa apa yang kita lihat dengan mata kita adalah kebenaran yang mutlak. Namun, apakah benar demikian? Apa yang kita lihat tidak selalu mencerminkan kenyataan secara objektif. Mata kita, meskipun sering kali dipercaya sebagai jendela menuju dunia, sebenarnya dipengaruhi oleh pikiran kita, keyakinan kita, dan pengalaman masa lalu kita. Apa yang kita lihat sering kali hanyalah bagian kecil dari keseluruhan gambaran yang lebih besar, dan bahkan bisa jadi hanya hal-hal yang kita ingin lihat, bukan yang seharusnya kita lihat.

Christopher Chabris, dalam bukunya The Invisible Gorilla, mengungkapkan betapa kita mudah tertipu oleh persepsi kita sendiri. Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Chabris menunjukkan bahwa meskipun sesuatu yang sangat mencolok, seperti seorang pria yang mengenakan kostum gorila, muncul dalam layar, banyak orang yang tetap tidak melihatnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kita merasa kita melihat segala sesuatu dengan jelas, kenyataannya apa yang kita lihat sering kali tergantung pada perhatian kita—apa yang kita fokuskan, apa yang kita anggap penting, dan apa yang sudah ada dalam pikiran kita sebelumnya.

Pikiran kita memiliki kemampuan untuk memilih informasi mana yang relevan, dan sering kali, ini bisa membentuk realitas kita dengan cara yang tidak sepenuhnya akurat. Apa yang kita "lihat" bukan hanya tentang cahaya yang masuk ke mata kita, tetapi juga tentang interpretasi yang dilakukan oleh otak kita. Ini menjelaskan mengapa kita bisa memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang sebuah kejadian meskipun kita semua menghadapinya secara langsung.

Dalam konteks yang lebih dalam, Neale Donald Walsch dalam bukunya Conversations with God menyampaikan sebuah pesan yang sangat bijak: “Tuhan berbicara pada semua orang, tapi tidak semua orang mendengarkan.”
Ini adalah pengingat yang kuat bahwa meskipun kebenaran dan hikmah ada di sekitar kita, kita sering kali tidak siap untuk melihat atau mendengarnya. Terkadang, kita terlalu terfokus pada hal-hal yang kita pikir kita tahu atau ingin kita percayai, hingga kita melewatkan pesan yang lebih besar yang disampaikan oleh kehidupan atau Tuhan. Dalam banyak hal, kita mungkin mendengar kata-kata atau melihat tanda-tanda, tetapi pemahaman kita sering kali kabur karena distorsi yang ditimbulkan oleh ego, keinginan, dan ketakutan kita.

Jika kita hanya percaya pada apa yang kita lihat dengan mata fisik kita, kita mungkin melewatkan kedalaman dan kebenaran yang lebih luas yang dapat ditemukan dengan membuka hati dan pikiran kita. Untuk benar-benar melihat dan mendengarkan, kita perlu melampaui penglihatan dan pendengaran biasa. Kita perlu melibatkan intuisi, refleksi, dan kesadaran yang lebih tinggi—bahwa kebenaran tidak selalu datang dalam bentuk yang terlihat jelas, tetapi lebih sering disampaikan dalam bentuk yang lebih halus, dalam bisikan hati dan petunjuk yang tak kasat mata.